Penyanyi Duffy Yang Menghilang Karena Kasus Pelecehan
Well, well, well...
Ada
kah yang membaca tulisan di atas dengan nada lagu yang sempat booming di tahun
2010—sampai sekarang juga masih cukup sering dilantunkan secara random—judulnya
Well, Well, Well dari Duffy, penyanyi asal Inggris berlesung pipi yang khas dan
rambut blonde. Kalau tinggal di Indonesia, mungkin penyanyi kelahiran 23 Juni 1984 ini akan dipanggil
Londo.
Sebenarnya lagu ini agak membosankan di bagian
intronya dengan mengulang kata well, well, well sampai empat kali dengan
suara Duffy yang khas. Tapi lagu yang terdengar agak membosankan
di awal inilah yang membuat karirnya melonjak.
Duffy
telah memenangkan Grammy Awards 2009 dalam kategori Best Pop Vocal Album untuk
albumnya yang berjudul Rockvery. Satu tahun setelah menjadi pemegang
trofi Gramofon, Duffy menghilang. Ia meninggalkan dunia musik dan entertaiment
dengan memberikan persembahan terakhirnya, yaitu single Well, well,
well.
Agak
aneh memang dengan artis-artis Inggris. Sebenarnya selain Duffy, ada juga Adele
yang selalu menghilang setelah mengeluarkan album dan menjadi perbincangan
seluruh dunia. Buat album, album sukses, memborong Gramofon dari Grammy Awards,
menghilang. Awalnya bisa saja publik mengira bahwa pola ini menjadi tren di
kalangan penyanyi Inggris, tapi ternyata kasus Duffy dan Adele tidak serupa. Boleh
jadi Adele dan managementnya mempunyai tak-tik dalam promosi dengan cara buat
album terbaik lalu menghilang, walau tidak begitu menghilang karena ia sempat
ketahuan paparazzi sedang berlibur dengan Harry Styles di awal tahun
2020 ini. Sedangkan Duffy, ia benar-benar menghilang tanpa kabar sampai kemarin
(26/02) ia muncul melalui akun instagramnya.
“You can only imagine the
amount of times I thought about writing this. The way I would write it, how I
would feel thereafter. Well, not entirely sure why now is the right time, and
what it is that feels exciting and liberating for me to talk. I cannot explain
it. Many of you wonder what happened to me, where did I disappear to and why. A
journalist contacted me, he found a way to reach me and I told him everything
this past summer. He was kind and it felt so amazing to finally speak. The
truth is, and please trust me I am ok and safe now, I was raped and drugged and
held captive over some days. Of course I survived. The recovery took time.
There’s no light way to say it. But I can tell you in the last decade, the
thousands and thousands of days I committed to wanting to feel the sunshine in
my heart again, the sun does now shine. You wonder why I did not choose to use
my voice to express my pain? I did not want to show the world the sadness in my
eyes. I asked myself, how can I sing from the heart if it is broken? And slowly
it unbroke. In the following weeks I will be posting a spoken interview. If you
have any questions I would like to answer them, in the spoken interview, if I
can. I have a sacred love and sincere appreciation for your kindness over the years.
You have been friends. I want to thank you for that x.”
Duffy
Duffy
"Anda hanya dapat membayangkan berapa kali saya berpikir untuk menulis ini. Cara saya menulisnya, bagaimana perasaan saya setelahnya. Yah, tidak sepenuhnya yakin mengapa sekarang adalah waktu yang tepat, dan apa yang terasa menyenangkan dan membebaskan bagi saya untuk berbicara. Saya tidak bisa menjelaskannya. Banyak dari Anda bertanya-tanya apa yang terjadi pada saya, di mana saya menghilang dan mengapa. Seorang jurnalis menghubungi saya, dia menemukan cara untuk menghubungi saya dan saya menceritakan semuanya pada musim panas yang lalu. Dia baik dan rasanya sangat mengagumkan untuk akhirnya berbicara. Yang benar adalah, dan tolong percayalah, saya baik-baik saja dan aman sekarang, saya diperkosa dan diberi obat bius selama beberapa hari. Tentu saja saya selamat. Pemulihan membutuhkan waktu. Tidak ada cara mudah untuk mengatakannya. Tetapi saya dapat memberi tahu Anda dalam dekade terakhir, ribuan dan ribuan hari saya berkomitmen untuk ingin merasakan sinar matahari lagi di hati saya, matahari kini bersinar. Anda bertanya-tanya mengapa saya tidak memilih untuk menggunakan suara saya untuk mengekspresikan rasa sakit saya? Saya tidak ingin menunjukkan kepada dunia kesedihan di mata saya. Saya bertanya pada diri sendiri, bagaimana saya bisa bernyanyi dari hati jika rusak? Dan perlahan-lahan itu tak terkalahkan. Dalam minggu-minggu berikutnya saya akan memposting wawancara lisan. Jika Anda memiliki pertanyaan, saya ingin menjawabnya, dalam wawancara lisan, jika saya bisa. Saya memiliki cinta suci dan penghargaan tulus untuk kebaikan Anda selama bertahun-tahun. Anda telah menjadi teman. Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk x itu. "
Duffy
Foto
yang diunggahnya dengan caption panjang ini menjelaskan bahwa dia mengalami
pelecehan, dipaksa mabuk dan disandera dalam beberapa hari. Kejadian ini
membuatnya cukup trauma, meski sekarang sudah pulih, namun masa pemulihan itu
butuh waktu.
Seorang
jurnalis yang belum diberitahu siapa namanya, mencari-cari di mana keberadaan
Duffy dan berhasil membuat kontak. Beruntung Duffy sudah mau diajak bicara dan
keputusan dari jurnalis ini ada benarnya juga, Duffy jadi mau speak the truth
about what she has been through dan mungkin di suatu hari dapat berkarya
lagi. Kami rindu, loh, akan lagu yang liriknya bisa dijadikan bahan
sisipan dalam obrolan sehari-hari.
Sebenarnya
ini bukan kasus baru seorang penyanyi wanita terkenal mengalami pelecehan
seksual, Kesha pelantun lagu yang kerap kali masuk Top Hits di
Billboard, seperti Tik-Tok, Die Young, Your Love Is My Drug, We R Who We R, dan
Crazy Kids featuring Will.I.Am juga pernah menjadi korban pelecehan dengan
gugatan tuduhan tekanan emosional,
kejahatan rasial berbasis gender dan diskriminasi kerja kepada Dr. Luke,
Produsernya sendiri dan kasus ini still on going sejak 2014.
Ternyata tidak menjamin seorang yang mempunyai
nama yang cukup kuat dan dikenal seluruh dunia akan terbebas dari kasus biadab
seperti ini, atau minimal lebih mempunyai back up dari badan hukum yang
lebih kuat. Namun apa daya, ternyata sama saja, kasus seperti ini masih sering
terjadinya victim blaming. Seakan terpampang dengan jelas tulisan ‘korban
juga bersalah’ karena yang namanya hasrat seksual pasti semua manusia punya. Namun
tidak manusiawi namanya jika kasus yang berdampak sangat besar bagi mental
korban dan makin diperumit dengan jalur hukum yang makin menundukkan keberanian
korban karena sudah melapor malah harus menunggu kasus ditangani, membuat lelah
karena tidak kunjung juga selesai. Belum lagi pada masa-masa itu, ujian kerap
datang dari masyarakat yang berpikiran sempit juga gossip-gossip yang
beredar belum tentu benar. Wajar saja jika Duffy menghilang cukup lama atas
alasan healing, karena memperbaiki mental seseorang bukan seperti memperbaiki
ratai sepeda yang rusak tinggal sambung kasih oli.
Komentar