Kenalan, Yuk! Dengan Empat Aliran Feminisme
Kenali empat aliran feminisme yang umum ada di masyarakat.
Jenis-jenis aliran feminisme yang ada bukan sebagai patokan mutlak, melainkan
untuk mengkategorikan pemikiran atau membuat ciri agar mudah dikenali. Keempat
aliran ini hadir atas kondisi sosial, politik, ekonomi hingga budaya yang
berbeda-beda di tiap masa atau negara. Perbedaan aliran bukan untuk
diperdebatkan, melainkan sebagai penyeimbang antar pemikiran karena
sesungguhnya, semua aliran feminisme itu berdampingan.
Feminisme Liberal
Aliran ini lahir saat revolusi Prancis di abad ke-18.
Dikepalai oleh Mary Wollstonecraft seorang penulis, filsuf dan aktivis
perempuan. Dilatarbelakangi oleh revolusi dan peperangan yang mendominasi kaum
laki-laki, tetapi bukan berarti peran perempuan dikesampingkan. Lewat momen
ini, perempuan pun mengambil kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam
demokrasi dengan hak yang setara dengan laki-laki. Aliran feminis liberal
mempunyai pandangan bahwa perempuan memiliki kebebasan secara penuh atas
dirinya sendiri, perempuan bebas menempatkan diri mereka di ruang publik tanpa
adanya intervensi struktural. Perempuan tidak harus berada di dalam rumah,
mereka dapat bekerja di luar dan menjadikan karir mereka sebagai prioritas
sebagaimana yang laki-laki lakukan saat perang.
Aliran ini mempunyai kritik karena pahamannya yang terlihat
seperti matriarki atau mendominasi kepemimpinan perempuan tanpa melihat dari
segi sosial ekonomi, yang mana mereka hanya melihat dari sudut pandang
perempuan kulit putih menengah atas.
Feminisme Radikal
Feminisme radikal memusatkan ideologi hanya pada perempuan
saja tanpa mencampurtangani urusan dengan laki-laki yang menindas kaum
perempuan atau patriarki. Sebab dari itu, aliran ini lebih membahas tentang
objektivitas seksual perempuan seperti masalah reproduksi, orientasi seksual,
otoritas tubuh, dan seksisme. Karena aliran ini percaya bahwa patriarki
menjadikan tubuh perempuan sebagai objek utama penindasan dan kekuasaan mereka.
Di dalamnya, feminisme radikal terbagi menjadi dua sisi; Feminisme radikal-liberal
dan feminisme radikal-kultural.
Feminisme radikal-liberal lebih condong kepada pemahaman
androginis, baik perempuan dan laki-laki dapat bekerja tidak berdasarkan gendernya.
Untuk masalah seksualitas dan orientasi gender, radikal-liberal menormalkan
pornografi, selayaknya laki-laki menonton film porno, maka perempuan juga bisa.
Dan orientasi gender masing-masing individu bukan masalah yang harus
diperdebatkan, alias aliran feminisme radikal-liberal mendukung adanya LGBTQ.
Feminisme radikal-kultural menjadi kebalikannya. Aliran ini
lebih soft karena mengasosiasikan nilai hidup dari sisi feminis perempuan dan
menganggap sisi maskulinitas hanya membawa pada kekerasan. Pahaman aliran ini tentang
pornografi juga berbeda, mereka menganggap bahwa konten pornografi hanya akan
mengarah pada kekerasan seksual karena konten-kontennya yang menjadikan
perempuan sebagai objek seks. Hal ini pun bisa dikatakan benar karena seperti
apa yang dapat dilihat sampai saat ini, perempuan mendominasi sebagai korban kekerasan
seksual. Orientasi seksual individu memang bukan hal yang perlu diperdebatkan,
tetapi radikal-kultural lebih memilih untuk tidak berurusan dengan kaum LGBTQ
dan juga tidak homophobic, dengan kata lain, gerakan LGBTQ dan Feminisme adalah
dua hal yang berdeda.
Selain itu, kedua aliran feminisme radikal ini memiliki beda
pandangan yang cukup ekstrim atas rahim perempuan sebagai alat reproduksi. Feminisme
radikal-liberal menganggap fungsi reproduksi biologislah yang menjadikan
perempuan berada di bawah sistem patriarki dan terjadinya ketimpangan gender
dan memberikan ex-utero(metode hamil dengan janin di luar rahim) sebagai
solusi. Tentu saja aliran tetangga sangat menentang, radikal-kultural
berpendapat sebaliknya, rahim adalah modal mutlak perempuan untuk dapat hidup
sejajar di dunia. Istilahnya, dunia ini lahir dari rahim Ibu.
Feminisme Marxist
Seperti namanya, aliran feminis ini mengadaptasi dari
pahaman Karl Marx yang mengaitkan gerakan feminisme dengan sistem ekonomi,
sosial dan politik yang ada. Bagi feminisme marxist, patriarki adalah produk
dari kapitalisme. Berseberangan dari feminisme liberal yang memprioritaskan hak
perempuan untuk bekerja di luar atau ruang publik, kali ini jika keadaan
sosial-ekonomi malah menuntut untuk bekerja di dalam rumah, maka pekerjaan itu
tetap bisa dilakukan dari dalam dan semua perempuan berhak diapresiasi atas
pekerjaannya di bidang manapun. Jika kapitalisme
tumbang maka struktur masyarakat dapat diperbaiki dan penindasan terhadap
perempuan juga dihapus. Rupanya aliran ini memiliki kebencian tersendiri
terhadap kapitalisme.
Feminisme sosialis
"Tak Ada Sosialisme
tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa
Sosialisme".
Jika di lapak sebelah
patriarki adalah produk dari kapitalisme, di sini dua hal tersebut berbeda,
tetapi jika disatukan akan menjadi gerakan perlawanan perempuan dengan nama
aliran feminisme sosialis.
Paham aliran ini berkembang
seiring revolusi industri. Menuntut kesenjangan sosial dan kesetaraan dalam
ranah kerja. Feminisme sosialis menentang pendapat feminisme marxist, karena
bagi feminisme sosialis, patriarki sudah ada jauh sebelum kapitalisme dan tidak
dengan mudah berubah jika kapitalisme itu sendiri hancur. Yang mereka fokuskan
adalah, bagaimana cara perempuan agar dapat diterima di lingkungan sosial(terutama
dalam dunia kerja) dan diakui seutuhnya sebagai diri mereka tanpa adanya
genderisasi yang berlaku.
Komentar