Baju Gue, Mood Gue
Baju Gue, Mood Gue
“Gue pernah nangis karena
kehabisan baju...”
Kami, manusia sepakat jika
penampilan adalah objek yang terlihat pertama kali oleh tangkapan mata dan
menjadi penilaian pertama dalam proses pengenalan, maka penampilan itu penting,
terlebih lagi untuk perempuan. Perempuan dan penampilan, dua hal yang mengait
menjadi satu. Lebih banyak perempuan yang menggunakan pakaian rapi dan stylish
ketimbang laki-laki.
Jika laki-laki bisa dengan
seenaknya menggunakan baju yang dipakai untuk keseharian, maka perempuan akan
dengan tegas aksi itu karena kami mengedepankan penampilan yang rapi dan bagus
dalam segala macam acara—kecuali tidur. Contohnya pergi ke kampus, kegiatan ini
memang dilakukan 5 kali dalam satu minggu dan menjadi bagian dari pola hidup
juga kebiasaan, orang-orang yang ditemui pun mayoritas sama dengan yang
kemarin. Tatapi penting menjaga kestabilan penampilan dan mempercantik riasan
setiap harinya walau di kampus nanti hanya duduk-duduk di dalam ruang kelas dan
tidak ada agenda lain yang begitu penting.
“Justru karena di kampus itu gue
bisa explore style gue, explore baju hasil mix and match gue.
Kalo nggak di kampus ya di mana lagi?” kata seorang mahasiswa Prodi Design
Mode.
Sudah tidak jamannya lagi pergi
ke suatu tempat menggunakan kaus polos dan celana. Sudah bukan jamannya juga ke
kampus hanya menggunakan kemeja dan celana bahan sambil menenteng binder yang
isinya coret-coretan di kala malas mendengar dosen ceramah. Kampus adalah tempat
untuk berkarya dan salah satu karya yang dihasilnya adalah cara berpakaian.
Ternyata, gaya berpakaian juga
dapat membuat mood seseorang berubah, loh. Dan karena penampilan
adalah hal pertama yang telihat, maka mood seseorang akan dapat dinilai
dari caranya berpakaian di hari tersebut.
“Kalo malamnya gue sudah
pusing banget mau pake baju apa, besok paginya gue bisa unmood dan jadi
males ke kampus. Kalo dipaksain pun jadinya nggak pede,” Ujar Fildzah,
seorang mahasiswi yang dia rasa sudah menemukan gayanya dalam berpenampilan,
yaitu boyish.
Banyak perempuan yang terlambat
pergi karena lama memilih baju. Dipikirnya, lebih baik terlambat namun terlihat
bagus dan merasa nyaman seharian daripada terburu-buru lalu asal memilih baju
dan malah membuat mood rusak sejadi-jadinya.
“Ih, mending gue tidur
lagi, deh, daripada pergi pake baju seadanya.”
Bukan hanya mementingkan
penampilan diri sendiri, tak segan mereka juga mengomentari pakaian teman
dekatnya jika mereka merasa ada yang janggal.
“Nggak apa-apa, kok,
asalkan dia ngasih taunya bener dan nggak nge-judge. Gue malah senang ada
yang komentarin pakaian gue, jadi gue tau ke depannya jangan pakai baju yang
begini lagi. Kadang dari rumah juga sudah merasa gak pede, sih, jadi
nggak aneh juga kalau ada yang komentar.”
Ketidakpercayaan diri memang
mudah terlihat dari gerak-gerik seseorang. Menurut seorang Designer muda, baju
atau tampilan akan hidup (bernyawa) jika orang yang menggunakannya merasa
nyaman dan percaya diri. Sekalipun pakaian itu terlihat agak asing di mata,
tidak biasa, atau pakaiannya terlalu formal di situasi yang biasa-biasa saja,
asalkan yang memakainya merasa nyaman dan dia percaya diri, maka pakaian itu
akan hidup. Ketika pakaian itu sudah hidup, maka aura dari mood
pemakainya juga akan terpancar positif. Gaya yang tadinya terlihat aneh atau
tidak biasa malah akan menjadi label gaya baru.
“...misalnya, oh si Azahra tone
bajunya gelap terus, kalau dipakai orang lain kesannya seperti monoton, tapi
karena Azahra ini pede, jadi style itu dikenal sebagai style
Azahra. ‘Wah, stylenya Azahra banget, nih.’ Beda lagi dengan Tyra
yang lebih suka pakai baju warnanya mencolok. Ketika Azahra yang pakai baju warna
mencolok dan nggak pede, semua mata juga bisa nilai itu style
bukan Azahra banget...”
Komentar