Woman Rules The World: Ching Shih The Greatest Pirate

Tau nggak, sih, bajak laut terhebat yang pernah menguasai lautan Cina dengan 1800 armada kapal dan 70.000 bajak laut adalah seorang perempuan mantan PSK dari Guangzhou? Makanya jangan hanya nonton Luffy dan teman-teman bajak lautnya di One Piece saja. Lagi pula, itu ‘kan fiksional.


Perkenalkan, namanya Ching Shih, yang lebih dikenal dengan nama Cheng I Sao (Jandanya Cheng I). Asli Guangzhou, lahir tahun 1775 dan meninggal sebagai perempuan kaya raya juragan judi di Macau pada tahun 1844. Untuk meninggal sebagai perempuan kaya dan sempat menjadi penasihat perang Cina untuk melawan tentara Inggris di penghujung hayatnya, Ching Shih telah melewati beberapa perjalanan hidup yang memacu adrenalin di tengah ombak laut selama satu dekade. 

Ching Shih adalah seorang PSK di Guangzhou. Pada 1801, sejarah mengatakan dia menjadi tawanan bajak laut dan inilah awal ceritanya menjadi penguasa lautan dimulai. Sedikit drama romansa, komandan perompak bernama Cheng I jatuh cinta dengannya dan Ching Shih pun dinikahinya. Ching Shih mendedikasikan penuh dirinya untuk membantu para bajak laut yang saat itu dikenal dengan nama Armada Bendera Merah. Mereka adalah pelaut independen kriminal tanpa ikut perpolitikan pemerintah saat itu. Sayangnya, Ching Shih dan Cheng I tidak memiliki anak kandung. Cheng I dan Ching Shih mengangkat anak yang memang sudah menjadi tangan kanan Cheng I, namanya Cheung Po. Pengangkatan anak ini semata-mata untuk memperkuat kekuasaan mereka di atas lautan maupun darat. 

Cheng I pergi berlayar ke pesisir Vietnam sebagai kepala konfederasi bajak laut dari enam bendera; merah, biru, hijau, kuning, putih, dan hitam. Tetapi Tay Son, sekutunya dari Vietnam digulingkan di tahun 1902, semua armada sekutu pun dibubarkan karena sudah tidak ada lagi tempat perlindungan di Vietnam. Tetapi bukannya bubar, pasangan bajak laut Cheng menyatukan beberapa bendera perombak tadi menjadi satu konfederasi bajak laut. Sampai Cheng I gugur di tahun 1807, Ching Shih mengambil alih kepemimpinan bajak laut. Tidak ada yang menyanggah tahtanya sebagai Ratu Bajak Laut, karena pada saat itu, pelayan yang meninggal pun digantikan berlayar oleh istrinya. Jadi, apa bedanya dengan kematian Cheng I karena berlayar dan digantikan oleh istrinya Ching Shih? Kepiawaian Ching Shih juga tidak dapat diragukan. Dia benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk para perompak dan mengelola bisnis untuk konfederasi bajak laut. Saat itu dia memulai bisnis awal dengan pedagang garam.

Ching Shih tidak memimpin sendiri, ia dibantu oleh anak tirinya Cheung Po yang ia tunjuk sebagai komandan Armada Bendera Merah yang setelahnya dinikahi beberapa minggu kemudian. Ada juga sejarah yang mencatat mereka baru menikah di tahun 1910, tiga tahun setelah kematian suami pertamanya.

Di bawah kepemimpinannya, Ching Shih mempunyai 70.000 pasukan, 1800 kapal yang terdiri dari kapal besar dan kecil, mempersenjatai mereka dengan meriam dan 1300 pistol. Dan berhasil mengalahkan setengah dari kapal militer. Terdapat beberapa kebijakan baru di bawah pimpinan Ching Shih. Ia menerapkan disiplin militer, Ratu Perompak ini tidak segan membunuh jika ada yang tidak mengikuti aturannya. Ia pun memiliki beberapa hukum progresif, salah satunya, tawanan perempuan tidak boleh dilecehkan secara seksual, jika ada bajak laut yang didapatinya melecehkan tawanan perempuan, maka ia akan dibunuh. Tawanan perempuan itu boleh dinikahi oleh bajak laut jika mereka sama-sama tertarik dan bajak laut yang nanti akan menjadi suaminya harus bersumpah bahwa ia akan setia dan tidak akan melakukan kekerasan seksual. Jika melanggar, dia akan dibunuh. Mungkin karena latar belakang kehidupannya dulu sebagai PSK, Ching Shih menjadi lebih ketat dengan pemberdayaan dan kesejahteraan perempuan di sekitarnya, sekali pun ia adalah tawanan.

Ching Shih lebih sukses dari sekadar Ratu Bajak Laut. Dia membangun kantor keuangan di darat dan laut yang letaknya seperti mengelilingi daerah kekuasaanya. Hal itu menjadikannya sebagai pemimpin dinasti kecil dari negara di dalam negara. Dia juga mengambil pajak dari rampasan perang atau pembajakan dengan hitungan 20% ke akuntannya dan 80% untuk perompak. Bisnis garamnya maju semakin pesat. Otak bisnisnya berhasil menguatkan kekuasaan. Ching Shih pernah ada di masa berjayanya dengan cara bersekutu dengan 5 kapal sekunar milik Amerika, menangkap kapal portugis, dan memblokir kapal musuh dari Thailand. Semuanya dilakukan salam satu hari!

Tentu saja keberadaannya sangat mengancam pemerintahan Cina. Terutama dalam sektor pariwisata, tidak ada pengunjung yang mau mendekati pesisir pantai Cina Selatan karena terkenal dengan bajak lautnya. Sudah berkali-kali misi dilancarkan untuk menangkap Ching Shih hidup atau mati. Ia pun menjadi buronan dengan hukuman pidana mati. Tetapi semua yang ditugaskan untuk menangkapnya malah membuat drama sendiri dengan pura-pura diserang saat berlayar atau sengaja berlama-lama di darat dan akhirnya tidak menangkap Ching Shih. Mereka takut. Sampai akhirnya seorang komandan provinsi mati dibunuh oleh perompak anak buah Ching Shih. Mereka pun perang dan hasil peperangan dimenangkan oleh konfederasi bajak laut 6 bendera yang dikepalai bendera merah. Ching Shih mendapatkan kekuasaan penuh di Canton, Guangzhou. 

Siapa sangka kejayaan itu malah runtuh karena perselisihan antara dua kelompok sekutunya. Membuat kekuasaannya melemah dan mengharuskannya untuk menyerah. Ching Shih dengan suami komandan tercintanya, Cheung Po menyerahkan diri dan mereka diampuni, diberi amnesti dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh Ching Shih sendiri. Sudah menyerah tapi tetap harus kalah dengan anggun. Salah satu syarat yang dimintanya yaitu untuk diakui sebagai istri Cheung Po yang saat itu sudah diampuni dan diangkat menjadi perwira angkatan laut. Pada saat itu masih ada batasan terhadap janda yang menikah lagi dengan seorang pejabat. Lalu apa yang terjadi? Tentu saja hal itu dikabuli. Mantan Ratu bajak laut ini pun hidup dengan privilegenya sebagai istri dari perwira. Di akhir masa tuanya, Ching Shih mendirikan rumah judi di Macau dan meninggal di tanah yang terkenal dengan perjudiannya itu.

Sampai saat ini, Ching Shih dikenal sebagai karakter yang muncul dalam video game, film, dan novel sebagai sebagai bajak laut terkuat Asia bahkan dunia. Dan itu fakta, bukan fiksi seperti Luffy dari One Piece.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-Jalan Ke Jepang, Jangan Lupa Membeli Roti. Et dah, Kejauhan!

Kartini Pendekar Bangsa Yang Kehilangan Jati Dirinya

Kenalan, Yuk! Dengan Empat Aliran Feminisme