Cita-Citaku Menjadi E-girl
Beberapa tahun silam, banyak
remaja bercita-cita menjadi youtuber. Karena apa yang mereka lihat, profesi
sebagai youtuber itu kaya raya, endorsment di mana-mana, jalan-jalan terus dan
dibayarin, ganteng dan cantik pula. Mereka enggak tahu saja, youtuber memang
sudah kaya dan ganteng-cantik dari sananya, dan tanpa berpikir panjang kalau
jadi seorang publik figur hujatannya banyak, belum lagi netizen zaman sekarang
ketikannya di sosial media pedas-pedas, banyak yang haus akan pertikaian juga, war
di Twitter sudah jadi kewajiban, bisa 6 kali sehari melebihi waktu solat
yang jadi kewajiban asli umat islam.
Pokoknya mereka enggak peduli
masalah hujat menghujat, selagi ada rolemode seperti Young Lex, kalo
dihujat ya tinggal omelin balik, ngomong kotor terus bikin lagu sebagai hasil
pelampiasan amarah. Atau kalau mau cari jalan aman, jadilah seperti Jess No
Limit, youtuber konten gaming. Kapan lagi ‘kan hobi menghasilkan uang?
Yang cewek-cewek jadi beauty vlogger, biar kayak Tasya Farasya bisa nimbun tas
Balenciaga. Dia enggak tahu Tasya Farasya memang terlahir kaya.
Lalu sekarang, kita semua
bertanya-tanya kemana perginya remaja-remaja yang memilih cita-citanya jadi
youtuber bukannya polisi, bidan, atau PNS ini? Sepertinya masih mengejar rank
Mithic di Mobile Legend, atau lagi mengumpulkan video kompilasi 100x chicken
dinner non stop 48 jam. Sedangkan yang cewek-cewek menemukan aplikasi yang
lebih instan dari youtube, TikTok. Yang tadinya ingin jadi beauty vlogger,
sekarang jadi e-girl.
Mentang-mentang stay at home,
semua basis online, kelas online, kerja online pake mesin elektronik, terus
jadi cewek juga elektronik alias e-girl itu...robot? Bukan begitu, e-girl ini
cewek-cewek yang melakukan kehidupannya secara online. Mau melakukan apa saja,
pokoknya kudu posting, dan jangan lupa diberi efek atau filter yang aesthetic.
Makanya, jadi e-girl harus selalu tampil estetik walau hanya di dalam
rumah, agar enggak repot kalau harus ngonten tiba-tiba. Itu juga yang membuat
e-girl—juga e-boy, menjadi salah satu influence style jaman sekarang. Mereka
seperti sudah mempunyai tone sendiri dalam bergaya, edge banget
kalau kata anak zaman sekarang.
Biasanya e-girl mewarnai rambut
mereka dengan warna-warna yang nyentrik, memakai kalung chocker agar
leher terlihat lebih menarik, baju-baju branded atau brand lokal juga enggak
masalah, asalkan model bajunya tidak pasaran. Minimal kaus dengan quotes
tentang kehidupan. Jangan lupa make up dengan fokus ke bagian mata. Kalau
e-girl jalur sugar baby, profile picturenya berefek snapchat yang ada pink love
pattern di atas kepala, beda dengan e-girl jalur emo yang biasanya lebih dark
dan profile picture suka ada asap-asap rokoknya. Karena e-girl, jadi rokoknya
pun e-cigarrete alias vape, yang liquidnya rasa strawberry.
Berterimakasihlah e-girl newbie,
berkat work from home, e-girl tidak perlu repot-repot cari konten atau style
baru yang nyentrik. Cukup goyang-goyang saja di TikTok dengan kaus seadanya
yang habis dipakai tidur dan celana pendek sepaha. E-girl jadi punya waktu
luang yang banyak untuk eksperimen warna-warna rambut. Padahal yang dicat hanya
bagian depannya saja.
Dengar-dengar e-girl juga ada
grupnya untuk menaikkan viewers sampai viral. Ada formulir dan beberapa
ketentuan yang harus ditaati juga, loh, kalau mau masuk grup sobat online
ini. embel-embelnya, kita semua di sini berkarya dan harus saling membantu
menaikkan karya-karya ke sosial media. Masa bodoh mau kontennya mendidik atau
tidak, joget dindingpakdinding juga tetap sebuah karya. Sekadarberdiri diam
sambil menaikkan tangan ke atas, biarkan efek TikTok saja yang menggerakkan
tubuh seperti blender, itu juga karya! Wih, TikTok berasa CGI.
Kalau dilihat-lihat, jadi e-girl
lebih enak daripada jadi stafsus kepresidenan. Iya, sih, gaji stafsus itu besar
sekali, punya asisten dan kolega skala internasional. Tapi ‘kan capek kena
hujat terus, enggak boleh salah gerak sedikit, nanti jadi bahan buat meme.
Kalau mau ambil endorment juga harus selektif, belum tentu ada waktu untuk
endors, ‘kan sibuk banget kerjanya. Brand sendiri pun enggak bisa bekerja sama
dengan proyek pemerintah. Harus lulusan Harvard, susah banget, ah.
Sudah, lah, paling benar memang
jadi e-girl saja. Kalau kena hujat tinggal bikin konten klarifikasi minta maaf sambil
joget lewat TikTok pakai lagu Don’t Start Now – Dua Lipa.
Komentar