Sini Jadi Jahat, Nanti Aku Kasih Singgasana.
Cerita di bawah ini adalah salah satu teater lawak yang lahir dari negeri dagelan. Rakyatnya mempunyai slogan, Indonesia negeriku, orangnya lucu-lucu, jika anda tidak tertawa, berarti humor anda anjlok. Eh, maaf.
Baiq Nuril, seorang guru honorer di salah satu sekolah di daerah Mataram, mengaku mendapat pelecehan seksual dari atasannya bernama Muslim dan buktinya sangat kuat sekali karena beliau--Baiq--mempunyai segala bukti yang terekam dalam ponsel pintarnya. Naas, bukti yang Ia jadikan tameng malah berubah menjadi bumerang. Bukti itu malah memenjarakannya karena menyebarkan rekaman yang mengandung unsur asusila menurut Undang-undang ITE.
Undang-undang yang masih seumur jagung dan masih abu-abu dengan penerapannya. Sosok Baiq malah sekan-akan menjadi contoh kasar pada masyarakat agar tidak bermain-main dengan segala bentuk teknologi elektronik. Jika ada narator disetiap kisah hidup manusia, mungkin begini narator untuk masalah hidup Baiq Nuril, "Ini dia Baiq. Seorang ibu yang menggunakan media elektronik tidak dengan bijak, maka para petinggi hukum yang maha agung memenjarakannya agar dia kapok dan kalian takut untuk bersuara!"
Karena kasus Baiq Nuril tidak dapat disebut sebuah kasus jika hanya melibatkan dirinya sendiri, pandangan kita rubah ke Muslim, seorang mantan kepala sekolah di salah satu sekolah di Mataram, bisa dibilang Ia adalah bos dari Nuril. Sebagai bos tentu mempunyai pengaruh besar dan kekuasaan. Sayang, dia menggunakan kekuasaannya dengan salah. Katakan lah begini, dia menjebak Baiq Nuril untuk melihatnya selesai bersenggama dengan selingkuhannya dan menceritakan bagaimana rasanya 'bermain' di atas ranjang pada Baiq. Sungguh menjijikan!
Dan yang dilakukan Baiq Nuril tentu merekam percakapan itu. Dia pikir sewaktu-waktu itu bisa menjadi tamengnya jika terjadi hal yang buruk. Haduh, ternyata itu perbuatan bodoh. Muslim menuntutnya ke pengadilan karena sudah menyebarkan hal berbau asusila dan mencemarkan nama baiknya. Padahal jika ditinjau kembali, Muslim adalah gembong dibalik itu semua. Dia ingin mengembalikan nama baiknya, jadi Ia menuntut Nuril. Padahal namanya tak akan bisa pulih dari warna gelap, satu negeri dagelan ini sudah tahu apa yang Ia perbuat. Lagipula untuk apa dia repot-repot membersihkan namanya? Toh petinggi negeri dagelan ini sudah menyiapkan skenario terbaik untuk Muslim.
Saat Baiq Nuril mendekam di dalam penjara, Muslim mendapat promosi jabatan yang tadinya hanya seorang kepala sekolah, Ia menjadi Kepala Bidang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mataram. Enak bukan? Bagaimana? Sudah terasa lucunya belum?
Ini bukan kali pertama 'penjahat' mendapatkan angin surga. Okay, anggaplah sampai saat ini Muslim belum ditetapkan sebagai tersangka, namun tetap, jika suatu hari Ia menjadi tersangka pelecehan seksual, Muslim sudah terlebih dahulu merasakan menjadi pejabat dan tentu uangnya lebih banyak. Cukuplah untuk membayar hukum dan bebas lagi, bebas lagi.
Ini hanya satu contoh kasus 'hampir' lucu. Ada yang benar-benar lucu karena beliau sudah dilantik menjadi Bupati Tulungagung dalam status tersangka KPK. Syahri Mulyo namanya. Lalu kasus lainnya, anda cari saja di Google, kemungkinan lengkap atau mungkin tidak lengkap? Tidak lengkap karena Google sendiri takut tersandung UU ITE? Waduh, bagaimana dengan saya, ya? Bagaimana jika saya yang tersandung kasus tersebut? Ini hanya tugas menyuarakan pendapat. Ah, sebenarnya hak menyuarakan pendapat masih berlaku tidak, sih?
Komentar